ANALISIS PAPARAN DEBU PADA DEPARTEMEN PEMINTALAN BENANG PT. PBTS
DOI:
https://doi.org/10.47942/jiki.v15i1.996Keywords:
Debu, keluhan saluran pernapasanAbstract
Debu adalah salah satu bahan yang dianggap menjadi partikel yang melayang pada udara (Suspended Particulate Matter/ SPM). SPM mempunyai ukuran 1 mikron hingga 500 mikron. Pengamatan awal
yang dilakukan pada industri tekstil mendapati bahwa pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang sempurna ketika melakukan pekerjaan. Industri tekstil terutama pada departemen pemintalan benang, sebaran debu diudara sangat banyak dan rawan mengganggu kesehatan pekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar paparan debu pada departemen pemintalan benang dan efek terhadap karyawan. Penelitian ini bersifat naratif menggunakan pendekatan kuantitatif yg dilaksanakan dalam bulan Februari 2022. Penelitian mengambil data 73 responden yang semuanya adalah karyawan departemen pemintalan benang PT PBTS. Data diperoleh melalui output pengukuran kadar debu dan informasi lapangan untuk mengetahui keluhan saluran pernapasan karyawan yang dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar debu (PM10) berkisar 0,81 µg/Nm3 & kadar debu (PM2,5) berkisar 0,48 µg/Nm3. Diketahui sebesar 62 pekerja (84,9%) mengalami keluhan saluran pernapasan menggunakan keluhan saluran pernapasan paling tinggi merupakan hidung gatal/ bersin sebesar 58 pekerja (74,9%). Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya kesadaran karyawan untuk memakai alat pelindung diri seperti masker. Saran perbaikan untuk karyawan menggunakan masker saat bekerja.
Downloads
References
konsentrasi debu dengan produktivitas
tenaga kerja pada bagian dempul film
industri kayu lapis PT. X di Sumatera
Utara. (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/2023.1/9055
Darmawan, A. (2015). Penyakit sistem
respirasi akibat kerja. Yogyakarta:
Aneka Cipta.
Daryanto. (2004) . Keselamatan dan kesehatan
pekerja bengkel. Jakarta: Bina Adiaksa.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Parameter
pencemar udara dan dampaknya
terhadap kesehatan. Diakses dari
http.//www.depkes.go.id.
Isnaini, A., Setyoko, D., & Basuki. (2015).
Hubungan masa paparan debu dan
kebiasaan merokok dengan fungsi paru
pada pekerja mebel di Jepara. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah, 2(1), 42-
44.
Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan
kesehatan keselamatan kerja. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mukono. 2008. Aspek kesehatan pencemaran
udara. Surabaya: Pusat penerbitan dan
Percetakan Unair.
Nafsia, S. F. (2016). Hubungan paparan debu
kayu lingkungan kerja terhadap
gangguan fungsi paru pada pekerja di
PT. Arumbai Kasembadan,Banyumas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(5),
178-180.
Nugroho, A. S. (2010). Hubungan konsentrasi
debu total dengan gangguan fungsiparu
pada pekerja PT. KS. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Nugroho, A. R. (2004). Bioindikator kualitas
udara. Jakarta: Universitas Trisakti.
Pinugroho, B. S. (2017). Hubungan
usia, lama paparan debu, penggunaan
APD, kebiasaan merokok dengan
gangguan fungsi paru tenaga kerja
mebel di Kec. Kalijambe Sragen. Jurnal
Kesehatan, 9(2), 38-39.
Ramadhani, F. (2017). Hubungan kadar debu
dengan gejala gangguan pernapasan di
PT. Rubber Wood Industries Indo
Provinsi Riau (Skripsi yang tidak
dipublikasikan). Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU, Medan.
Santoso, G. (2004). Manajemen keselamatan
dan kesehatan pekerja. Jakarta:Prestasi
Pasuka.
Sholikhah, A. (2015). Hubungan karakteristik
pekerja dan kadar debu total dengan
keluhan pernapasan pada pekerja
industri kayu di Kabupaten Lumajang.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(1), 12-
13.
Somantri, I. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.